Senin, 14 April 2014
PANGERAN KOMANG KECIL
aku yang tak pernah lari ketika kau melambaikan tanganmu tanda menyerah. aku menjadikan diriku sebagai daun yang tulus memberikan cinta tanpa kau harus bersusah payah mencarinya. sebuah ketulusan yang tercampakan. aku memang hanya gadis miskin yang bermimpi dapat bersanding dengan pangeran sepertimu. seperti daun yang tak pernah membenci angin meskipun angin itu mengugurkan dirinya layaknya sampah. mungkin takdir, sehelai daun yang tersingkirkan oleh orang-orang yang mampu membuatmu bahagia wahahi pangeran. tak bisa ku sangkan bisa jadi merekapun menginginkan kau bersanding dengan putri yang cantik dan tentunya sederajat. apa aku bisa menyalahkanmu pangeran? sedang hidupmupun tergantung dari apa yang mau. apa akupun bisa protes pangeran? mengemis sujud dikaki mereka agar mereka memberikanmu untukku? hahaha mungkin aku akan ditertawakan. aku tidak menangis, sungguh! ketika aku melihat putri lain memeluk erat tubuhmu diatas kuda istana. aku tidak menangis ketika kau membawa pergi putri itu dan kau membohongiku. aku tidak menangis ketika kau membiarkan tanganmu digandeng olehnya. aku tidak menangis pangeran sungguh demi tuhan!! tapi aku menangis karena aku pernah percaya pada janjimu yang tidak akan pernah menyia-nyiakanku lagi, pada permintaaan maafmu dengan setangkai mawar putih itu, pada perintaanmu agar aku menjaga cinta kita. tapi pangeran... perpisahan ini dinamakan apa? rasa sakit dalam dada ini dinamakan apa? apa ini hanya sekedar rasa yang dibuat-buat? pangeran, mengapa saat ini kau lari menghindar? hingga bayanganmu saja tak tertangkap oleh retina coklat miliku padahal saat itu kau malah mengajak putri lain untuk bicara. pangeran mengapa kau pura-pura tak mengenaliku? apa yang membuatku seolah berbeda dengan mereka pangeran?
Langganan:
Postingan (Atom)