Rabu, 27 Mei 2015

Malam itu aku marah padaMU

Tuhan, aku ingin bicara denganMu. Berdua saja sebagai pemilik dan yang dimiliki. Aku memang lancang jika aku berani marah padaMu, maafkan aku Tuhan!

Aku kehilangan orang yang paling aku sayangi, Tuhan. Saat itu aku benar-benar membutuhkan dia tapi Engkau memisahkan dia dari aku dan memberikannya pada wanita murahan itu. Kaupun tau kan Tuhan, aku lebih taat padamu ketimbang wanita itu. Mengapa Kau tak adil terhadapku waktu itu? Sudah 5 tahun kami berjuang, lalu Engkau menguji kami lewat wanita murahan itu. Tuhan, kami sudah sangat bahagia, lantas mengapa Engkau menghadirkan dia? Aku sedih Tuhan, bahkan hingga saat ini aku tak pernah percaya pada diriku sendiri, aku tak memiliki kekuatan instingku lagi, aku takut mempercayai semuanya. Aku hanya percaya padaMu. Butuh waktu beribu hari untuk mengeringkan luka itu, luka yang awalnya ku kira itu adalah luka dariMu. Aku salah! Kau benar menyayangiku lewat ujianMu yang datang silih berganti. Lihatlah Tuhan, aku sudah menepati janjiku malam ini! Aku sudah tidak menangisi kepergiannya lagi. Terimakasih Tuhan, Engkau menunjukan jalan setapakku menuju firdausMu

Rabu, 20 Mei 2015

Lelaki itu, Has.

Harusnya aku tak membiarkanmu pergi pagi itu. Harusnya aku berjuang mencegahmu pergi Has, aku sangat takut kehilanganmu waktu itu. Aku melawan hari hari ketakutanku. Aku sempat jatuh, berdiri, jatuh, berdiri lagi dan kini aku memutuskan untuk lari menjemput pelangi tanpa warna itu. Dulu kau yang paling takut kehilanganku, kau ternyata akhirnya meninggalkanku. Kau memohon agar aku ikut menjaga hubungan kita, aku sudah berjuang mati2an tqpi kaupun akhirnya yang membuat hancur semua mimpi itu.

Has, aku boleh memelukmu tanpa perlu bicara apapun? Sekedar untuk menghabiskan airmataku saja agar tak menggenang dalam lukaku. Aku ingin mengeringkannya Has.

Rabu, 13 Mei 2015

Pinta

Kau tak perlu lari diatas ilalang kering
Aku sudah menjadi warna
Melekat pada goresan luka pohon terkelupas kulitnya
Dalam gembok ketakutan
Bersama awan putih yang tertiup nafas panasmu

Aku tak lagi menjadi bayanganmu
Mengintai, mengikuti hingga persimpangan mimpi
Tenanglah
Aku hanya memiliki seutas benang yang ku tempelkan dekat dadamu
Bahkan kau bisa melepasnya kapan saja
Bukan rantai untuk memasungmu
Aku penyulam yang tak takut rindu

Barangkali, jika kau mau mendengarku
Mengenal getar itu
Duduklah sebentar, di kursi tua ini
Ada ribuan mimpimu tertinggal di bulatan pupilku
Sejak aku takut membuka pintu

Pey😁