Kau tahu pasar? Pasar ; tempat bertemunya penjual dan pembeli melakukan transaksi jual beli. Dari tempat ini saya menemukan filosofi. Percaya atau tidak terkadang dua orang akan bertemu di tempat ini. Yang satu berasal dari negeri antah berantah dan yang satu lagi dari negeri sembilan matahari. Dua orang anak manusia itu bertemu. Saling bertanya kemudian membentuk simbiosis mutualisme. Filosofi pertemuan mereka persis seperti pasar. mereka tak pernah bertemu, bahkan tak pernah berpikir untuk saling mengenal lalu masing-masing menjatuhkan hati. Sang penjual baru mendapati beberapa calon pembeli namun mereka menawarkan harga murah untuk sepotong hati yang terlalu menuntut untuk dipahami tapi berpakaian tinggi. Lagi-lagi mereka pergi dengan melengos. Bukan tak suka tapi ada penjual barang dengan jenis yang sama namun potong harga. Sang penjual tetap menunggu, katanya tak perlu gegabah mencari pembeli. Ia yakin pasti ada seseorang di balik bukit sana atau mungkin di dekat sayap langit bagian bumi sana, akan ada pembeli perempuan yang memiliki banyak koin dan membeli dagangannya dengan harga tinggi ; setara perjuangannya menunggu.
Menunggu
Dari balik semak belukar, muncul perempuan. Bayangannya yang hitam mengikuti raga perempuan itu menuju kepasar. Persis saat matahari berada di poros langit. Ia mencari tapi tidak berhenti melangkah. Prinsipnya sekali berhenti pada seorang penjual maka ia harus membeli. Di tangannya tergenggam secarik kertas. Kertas itu hanya berisi satu kata. Mungkin nama sayur yang akan dibelinya.
Mata perempuan itu berbinar. Sepertinya ia menemukan apa yang ia cari. Perempuan itu mendekati sang penjual yang ingin dagangannya dibeli dengan harga tinggi. Dibukanya secarik kertas itu. Lalu berkata
"Aku mencari takdir, apakah takdir yang kau jual cocok dengan koin sabarku, Tuan?"
Cirebon, 21 Maret 2016
Special Sang penjual takdir, Marham.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar