Hai pangeran komang…
Bulan yang tergantung sudah berubah untuk keempat kalinya
itu berarti purnama yang ke empat telah pergi.
Akutak bisa melihatmu lagi. Pangeran, seandainya kau baca tulisan ini,
aku ingin sekali memelukmu untuk terakhir kalinya jika kau tak ingin lagi
kembali duduk di kursi tua ini denganku. Apa putri itu terlalu manis untuk kau
tinggalkan demi aku? Pangeran, apa matamu tak mencerna linangan disudut kelopak
mataku saat kau meminta aku untuk melepaskanmu demi menggenggam utuh jemari putri
yang cantik itu? Jika suatu saat nanti kau kembali menemuiku, wahai pangeran
yang terhormat masihkah aku mempunyai alasan untuk memaafkanmu untuk kesalahan
yang sama? Dulu coba kau ingat lagi, betapa kejamnya kau pangeran. Kau terlebih
dulu bersanding dengan putri yang sempurna, lalu kau juga memintaku menjadi
wanitamu tanpa memberitahu jika kau saat itu sedang menjaga hati seorang putri
yang lain. Aku mengetahuinya dari orang lain, dan itu rasanya jauh lebih sakit
pangeran!!! Hatiku berdarah!!! Mengapa kau sekejam itu terhadapku? Aku seorang wanita dan apa kau juga bukan
terlahir dari seorang wanita? Apa kau juga rela jika ibumu tersakiti oleh
lelaki lain, apa kau terima? Pangeran, khayalan gila ini seperti racun yang
selalu mengingatkanku pada rasa sakit itu. Tapi aku harus kuat, karena aku
lebih memilih untuk mengunci pintu rumah sekalipun lelaki lain berusaha
mengetuk dan memaksa masuk. Biarkan lantai itu berdebu, cat temboknya
mengelupas berjamur dimana-mana daripada aku mempersilahkan lelaki yang bukan
dirimu menyentuh dinginnya tembok bercatkan sarang laba-laba. Suasana rumahku
berubah menjadi dingin sedingin es sejak kau pergi. Aku duduk dikursi tua
ruangtamu rumahku, aku bisa merasakan kenangan saat kau masih bersedia duduk
disampingku menyeruput secangkir kopi panas. Aku masih teringat saat kau
meminta ku buatkan nasi goreng lalu kau berkata “aku malas makan” itu secara
tidak langsung kau memintaku menyuapimu. Pangeran tak berartikah kenangan yang
menyesakan itu? Pangeran… aku akan tetap menunggumu disini tak peduli kau akan
datang menemuiku atau tidak sampai kau kehilangan dan sadar betapa kau telah
menyia-nyiakan waktu yang tak pernah berhenti memberimu kesempatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar