Jika mencintai membutuhkan alasan yang terkadang menuntut
logika untuk berkerja lebih keras adalah hal yang wajar, apa dengan kamu
berjalan tanpa tujuan adalah bukan hal yang wajar? Cinta tidak pernah
membicarakan wajar atau tidaknya sebuah rasa. Seperti pungguk yang rindu bulan,
seperti romeo dan Juliet apa cinta mereka juga wajar? Tentu tidak! Buktinya
mereka ditentang! Tapi rasa yang bernamakan cinta membuat semuanya menjadi
wajar. Cinta itu seperti jalan, mencintai itu seperti berjalan dan hati itu seperti
kaki. Jika kamu belum jelas cinta itu seperti apa coba sejenak renungkan. Jika
kamu ingin menempuh sebuah jalan untuk mencapai tujuanmu maka kamu harus
berjalan menggunakan kaki, bukan tangan, mata, kepala jika kamu berjalan tidak
menggunakan selain kaki maka sia-sia perjalananmu seperti cinta. Cinta yang
tidak berasal dari hati, bagaimanapun kamu memperjuangkannya kamu tidak akan
mendapatkan apa-apa. Begitupula dalam hal kesetiaan. Jika kamu saat ini dalam
proses menuju suatu tempat lalu kamu berjalan dengan kaki, ya memang
sirkulasinya adalah benar. Tapi yang salah ketika kakimu terluka oleh sandungan
batu yang mengharuskanmu untuk menyembuhkan lukamu hingga benar-benar sembuh
itu sama saja seperti ketika kamu mencintai orang dengan hati, lalu cintamu
disia-siakan hingga mengakibatkan hatimu luka. Sikap yang pertama harus kamu
lakukan saat kamu tau dan sadar jika hatimu disia-siakan adalah menarik
langkahmu sebanyak mungkin untuk menjauh. Jangan paksa hatimu menerima siapapun
yang menawarkan untuk menyembuhkan lukamu sampai kau yakin jika lukamu sudah
benar-benar sembuh. Saat luka itu masih basah lalu kau paksa untuk berjalan,
kamu bukan sampai pada tempat tujuanmu tapi yang ada malah kamu akan mendapati
lukamu melebar dan semakin parah dari sebelumnya. Cinta itu fitrah, tanpa
paksaan. Biarkan cinta itu tumbuh dan berkembang dalam kesabaran karena sabar
akan membuat cintamu dewasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar