Jumat, 09 Mei 2014

deskripsi



Jika mencintai membutuhkan alasan yang terkadang menuntut logika untuk berkerja lebih keras adalah hal yang wajar, apa dengan kamu berjalan tanpa tujuan adalah bukan hal yang wajar? Cinta tidak pernah membicarakan wajar atau tidaknya sebuah rasa. Seperti pungguk yang rindu bulan, seperti romeo dan Juliet apa cinta mereka juga wajar? Tentu tidak! Buktinya mereka ditentang! Tapi rasa yang bernamakan cinta membuat semuanya menjadi wajar. Cinta itu seperti jalan, mencintai itu seperti berjalan dan hati itu seperti kaki. Jika kamu belum jelas cinta itu seperti apa coba sejenak renungkan. Jika kamu ingin menempuh sebuah jalan untuk mencapai tujuanmu maka kamu harus berjalan menggunakan kaki, bukan tangan, mata, kepala jika kamu berjalan tidak menggunakan selain kaki maka sia-sia perjalananmu seperti cinta. Cinta yang tidak berasal dari hati, bagaimanapun kamu memperjuangkannya kamu tidak akan mendapatkan apa-apa. Begitupula dalam hal kesetiaan. Jika kamu saat ini dalam proses menuju suatu tempat lalu kamu berjalan dengan kaki, ya memang sirkulasinya adalah benar. Tapi yang salah ketika kakimu terluka oleh sandungan batu yang mengharuskanmu untuk menyembuhkan lukamu hingga benar-benar sembuh itu sama saja seperti ketika kamu mencintai orang dengan hati, lalu cintamu disia-siakan hingga mengakibatkan hatimu luka. Sikap yang pertama harus kamu lakukan saat kamu tau dan sadar jika hatimu disia-siakan adalah menarik langkahmu sebanyak mungkin untuk menjauh. Jangan paksa hatimu menerima siapapun yang menawarkan untuk menyembuhkan lukamu sampai kau yakin jika lukamu sudah benar-benar sembuh. Saat luka itu masih basah lalu kau paksa untuk berjalan, kamu bukan sampai pada tempat tujuanmu tapi yang ada malah kamu akan mendapati lukamu melebar dan semakin parah dari sebelumnya. Cinta itu fitrah, tanpa paksaan. Biarkan cinta itu tumbuh dan berkembang dalam kesabaran karena sabar akan membuat cintamu dewasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar