Dear malam
Gulita yang telah turun menyelimuti langit. Kesepian ini enggan pergi. Aku meneriaki diri yang hanya bisa menunggumu, dan menolak pagi. Aku takut bermimpi, tentang esok, sore atau bahkan senja sekalipun. Aku ingin terus menulis tentangmu, gelap, misteri, dan penuh ketakutan. Aku tak ingin pagi, dimana aku harus mematikan mimpi malamku, dimana aku dipaksa menjadi sok kuat. Lihatlah! Tembok yang dindingya beku itu penuh terpahat namamu, rinduku yang berpusat dengan doa doa terbaik yang mengiringinya. Aku tidak lelah menunggu. Bahkan ketika dunia memisahkanmu dari hidup, dari cinta, dari aku. Kau bangun tembok pemisah yang kokoh, tinggi hingga aku tak bisa melihat indahmu bahkan telepatiku rusak terbunuh dinginnya sikapmu terhadapku.
Dear malam...
Maafkan aku yang membiarkanmu hidup dalam khayalan gilaku
Nova
Tidak ada komentar:
Posting Komentar