Jumat, 10 Januari 2014

andai kau tau



Kutinggalkan dirimu mas, agar aku bisa melihat perubahan sikapmu. Aku berharap semoga semuanya berjalan lebih baik. Aku memilih menjauh hanya untuk menyadarkanmu dan memberitahumu bahwa ini adalah salah satu pemberontakkan hatiku karena sebagai wanita aku benci melihat sebuah penghianatan seseorang yang dicintainya didepan mataku mas. Jika ini pertama kali, aku masih bisa menutup hatiku yang terluka rapat- rapat biar saja kau tak tau apa yang aku rasakan namun yang jelas kini aku sangat terluka mas melihat penghianatanmu dengan wanita lain untuk kesekian kalinya. Sayang, aku tak memiliki nyali setebal dan sekuat nyalimu mas. Andai aku memilikinya bisa saja aku yang membuatmu menangis meminta hatiku ah.. tapi kurasa itu tak mungkin. Hari demi hari aku harus kuat mas mendengar ocehan wanita lain yang menatap kesal akan kelakuanmu terhadapku. Aku tak mengenal mereka tapi ada sebagian dari mereka yang iba melihat kisah hidupku. Mereka menceritakan kedekatanmu dengan wanita lain mas, dan kau tahu bagaimana rasanya? seperti ada yang menarik hatiku, membawanya terbang melongok kebusukan neraka lalu dihempaskan kedalam apinya hingga kepingannya jatuh terurai kemana- mana. Secawan airmataku kuhabiskan untuk menikmati sisa senja bersama kepakan kelelawar hitam yang siap memangsa wanita terkecewakan cinta sepertiku. Biar saja aku mati sia- sia mas daripada aku harus melihatmu menggandeng jemari wanita lain dan itu bukan jemariku.

Malam itu aku menghentikan laju roda motorku dikawasan resto dekat jantung kota, beberapa kali kulirik layer ponselku tapi tak ada satupun pesan yang mampir ke inboxku. Kufikir kau sibuk mas, mengisi waktu senggangmu didepan monitor untuk sekedar bermain game. Akhirnya aku putuskan untuk mengingatkanmu makan karena aku takut kebisaan burukmu yang suka menunda waktu makan akan membawakan dampak buruk untuk kesehatamu. Ku tunggu beberapa menit, beberapa jam dan akhirnya kutemukan juga sebuah pesan darimu mas tapi kau malah bilang “apa” sebuah kata yang menggambarkan ketidaksukaanmu membaca pesanku. Aku berusaha bersikap baik terhadapmu mas. Menawarkan membuat makanan kesukaanmu namun kau jawab “tidak mau” itu jawaban yang sering kudengar waktu itu. sewaktu aku mampir ke kawasan resto, aku selalu menawarkanmu untuk kubawakan makanan dan kuharap semua akan meluluhkan kerasnya hatimu terhadapku dan lagi- lagi jawaban “aku tidak mau” pula yang kudapati dari pertanyaanku itu. malam minggu ketika aku diundang oleh salah satu temanku untuk buka puasa bersama, aku lebih pasif, menarik diriku jauh- jauh mas dari keramaian resto sambal itu. aku sengaja mengirim pesan untuk sekedar memberikan ucapan selamat makan atas puasa hari ini. Seperti biasa ku tunggu hingga berjam- jam hingga waktu tidur malamku hanya tersisa 2 jam mas tapi tak ada satu pesanmu yang menyambangi ponselku. Dan kau tau apa yang aku dengar? Ternyata diwaktu yang sama sore tadi kau mengajak wanita lain untuk menikmati indahnya sore bulan ramadhan dan seumur hidupku aku tak pernah merasakan bagaimana buka puasa denganmu mas
Tiba-tiba hatiku terasa sangat sakit mas mendengar semuanya. Lalu apakah aku harus diam dan berpura-pura tak mengerti akan cerita indah yang memuakan itu kudengar dengan telingaku sendiri mas? Ataukah aku harus berontak kesal didepanmu? Kini aku hanya bisa menangis mas. Bagaimana jika umurku tidak akan bertahan lama lagi mas? Apakah kau akan jauh lebih bahagia karena terlepas dari hatiku ataukah kau akan merasa kehilangan ketika setiap hari tak ada yang yang mengingatkanmu makan, sholat dan perhatian-perhatian kecil walaupun tak bisa melebihi perhatian ibu mas. Mas apa dosaku? Mengapa kau memperlakukanku seperti ini mas? Jika aku sering menyusahkanmu aku minta maaf mas. Sejujurnya aku tak mau melibatkanmu terlalu jauh untuk masuk kedalam hidupku yang singkat ini. Mas jika kau merasa lebih bahagia dengannya, pergilah mas! Bahagiakan dia, jangan mengecewakannya seperti kau mengecewakanku, jangan menghianatinya seperti kau menghiaanatiku dan sayangilah dia seperti aku menyayangimu….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar