Kutinggalkan dirimu mas, agar aku bisa melihat perubahan
sikapmu. Aku berharap semoga semuanya berjalan lebih baik. Aku memilih menjauh
hanya untuk menyadarkanmu dan memberitahumu bahwa ini adalah salah satu
pemberontakkan hatiku karena sebagai wanita aku benci melihat sebuah
penghianatan seseorang yang dicintainya didepan mataku mas. Jika ini pertama
kali, aku masih bisa menutup hatiku yang terluka rapat- rapat biar saja kau tak
tau apa yang aku rasakan namun yang jelas kini aku sangat terluka mas melihat penghianatanmu
dengan wanita lain untuk kesekian kalinya. Sayang, aku tak memiliki nyali
setebal dan sekuat nyalimu mas. Andai aku memilikinya bisa saja aku yang
membuatmu menangis meminta hatiku ah.. tapi kurasa itu tak mungkin. Hari demi
hari aku harus kuat mas mendengar ocehan wanita lain yang menatap kesal akan
kelakuanmu terhadapku. Aku tak mengenal mereka tapi ada sebagian dari mereka
yang iba melihat kisah hidupku. Mereka menceritakan kedekatanmu dengan wanita
lain mas, dan kau tahu bagaimana rasanya? seperti ada yang menarik hatiku,
membawanya terbang melongok kebusukan neraka lalu dihempaskan kedalam apinya
hingga kepingannya jatuh terurai kemana- mana. Secawan airmataku kuhabiskan
untuk menikmati sisa senja bersama kepakan kelelawar hitam yang siap memangsa
wanita terkecewakan cinta sepertiku. Biar saja aku mati sia- sia mas daripada
aku harus melihatmu menggandeng jemari wanita lain dan itu bukan jemariku.
Malam itu aku menghentikan laju roda motorku dikawasan resto
dekat jantung kota,
beberapa kali kulirik layer ponselku tapi tak ada satupun pesan yang mampir ke
inboxku. Kufikir kau sibuk mas, mengisi waktu senggangmu didepan monitor untuk
sekedar bermain game. Akhirnya aku putuskan untuk mengingatkanmu makan karena
aku takut kebisaan burukmu yang suka menunda waktu makan akan membawakan dampak
buruk untuk kesehatamu. Ku tunggu beberapa menit, beberapa jam dan akhirnya
kutemukan juga sebuah pesan darimu mas tapi kau malah bilang “apa” sebuah kata
yang menggambarkan ketidaksukaanmu membaca pesanku. Aku berusaha bersikap baik
terhadapmu mas. Menawarkan membuat makanan kesukaanmu namun kau jawab “tidak
mau” itu jawaban yang sering kudengar waktu itu. sewaktu aku mampir ke kawasan
resto, aku selalu menawarkanmu untuk kubawakan makanan dan kuharap semua akan
meluluhkan kerasnya hatimu terhadapku dan lagi- lagi jawaban “aku tidak mau”
pula yang kudapati dari pertanyaanku itu. malam minggu ketika aku diundang oleh
salah satu temanku untuk buka puasa bersama, aku lebih pasif, menarik diriku
jauh- jauh mas dari keramaian resto sambal itu. aku sengaja mengirim pesan
untuk sekedar memberikan ucapan selamat makan atas puasa hari ini. Seperti
biasa ku tunggu hingga berjam- jam hingga waktu tidur malamku hanya tersisa 2
jam mas tapi tak ada satu pesanmu yang menyambangi ponselku. Dan kau tau apa
yang aku dengar? Ternyata diwaktu yang sama sore tadi kau mengajak wanita lain
untuk menikmati indahnya sore bulan ramadhan dan seumur hidupku aku tak pernah
merasakan bagaimana buka puasa denganmu mas
Tiba-tiba hatiku terasa sangat sakit mas mendengar semuanya.
Lalu apakah aku harus diam dan berpura-pura tak mengerti akan cerita indah yang
memuakan itu kudengar dengan telingaku sendiri mas? Ataukah aku harus berontak
kesal didepanmu? Kini aku hanya bisa menangis mas. Bagaimana jika umurku tidak
akan bertahan lama lagi mas? Apakah kau akan jauh lebih bahagia karena terlepas
dari hatiku ataukah kau akan merasa kehilangan ketika setiap hari tak ada yang
yang mengingatkanmu makan, sholat dan perhatian-perhatian kecil walaupun tak
bisa melebihi perhatian ibu mas. Mas apa dosaku? Mengapa kau memperlakukanku
seperti ini mas? Jika aku sering menyusahkanmu aku minta
maaf mas. Sejujurnya aku tak mau melibatkanmu terlalu jauh untuk masuk kedalam
hidupku yang singkat ini. Mas jika kau merasa lebih bahagia dengannya, pergilah
mas! Bahagiakan dia, jangan mengecewakannya seperti kau mengecewakanku, jangan
menghianatinya seperti kau menghiaanatiku dan sayangilah dia seperti aku
menyayangimu….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar