Mencoba bertahan sekuat hati menjalani kehidupan hanya dalam
angan dan buaian belaka. Setiap kisah pasti mempunyai akhir, entah itu senyuman
atau airmata peratapan. Ku yakin akhir ini indah karena ku memulainya dengan
satu kesatuan emosi yaitu “ketulusan”. Kali pertama, aku menjalani cerita ini
dengan penuh keyakinan akan menyatu dalam janji untuk saling mengisi kehidupan
kita. Deretan angka tahun yang mampu kita lewati meski tiada banyak waktu tersisa untuk kita. Aku
sangat mempercayai semua ucapanmu, selaksa kata cintamu yang terkadang seketika
membunuh semua amarahku. Bukan hanya satu wanita yang mencegahku untuk
mencintaimu. Mereka banyak! Sangat banyak hingga ku fikir mereka iri akan
hubungan yang kita bawakan dalam kehidupan ini tapi rupanya perkiraanku salah,
atau mungkin aku terlalu asyik dengan kepolosanku menutup telinga dari surat kaleng yang dikirim
angin untukku?
Entah harus berapa lama lagi ku tahan airmata ini yang
memaksaku melemah. Aku bosan menangis, aku bosan menemukan patahan hatiku sendiri
lalu menusuk jemariku hingga darahnya tak lagi bisa kututupi hanya dengan
senyum palsu ini. Andai dunia tau kisahku, pasti ia akan muak melihat
kebodohannku hanya karena satu alasan yang sama “masih cinta”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar