Aku takut Kau membenciku ya Allah…
Ya allah ya Rabbku, ampuni aku yang memiliki perasaan cinta
kepada sang ikhwan itu. aku sendiri tak habis fikir mengapa getaran yang aneh
itu perlahan menyelundup masuk ke hatiku. Ingin rasanya aku menolak getarannya
namun seketika hatiku tenang saat aku melihatnya. Aku tersadar apakah Kau akan
membenciku ya allah? Aku takut!
Aku hanya seorang wanita yang sedang menyesali dosa..
Aku bukan wanita bercadar, tapi aku hanyalah seorang wanita
yang sedang menyesali dosa- dosaku dimasa lalu. kau menyadarkan aku tentang
keindahan islam, agama allah yang menurutku paling istimewa. Semenjak aku
mengenalmu dari salah seorang temanku rasa itu belum muncul, yang ada hanyalah
gambaran latar belakangmu, menandakan kau lelaki yang berbeda. Kau hadir
seperti embun saat hidupku kering tanpa kesejukkan. Membuka mataku dengan semua
perhatianmu, dengan semua nasehatmu bak angin saat dunia ini pengap penuh
kepalsuan.
Cara-Mu menyadarkanku ya Allah…
Kedekatanku dengan sang ikhwan membawa aku perlahan memaknai
kasih sayang allah yang tak pernah teraba olehku. Mungkin aku yang tak peka
atau terlalu menyibukkan diri dengan urusan duniawi hingga aku terlupa akan
cinta-Nya yang baqa. Ia menjagaku, mengingatkan aku dan menuntunku untuk selalu
bersyukur pada-Nya atas semua anugerah yang aku dapatkan tanpa aku bersusah
payah memohon dengan tumpahan air mata karena allah terlalu menyayangiku, allah
tau apa yang terbaik untukku. Begitupun cara-Nya yang mengirimu kedalam hidupku
untuk menyadarkan aku dari kesilauan secuil kenikmatan yang mengandung beribu
bahkan berjuta mudharat, naudhzubillah!
Hanya Meduga kau mencintaiku…
Tentang sebuah rasa yang kuyakini adalah cinta menjadikan
beban tersediri. Hatiku tak henti bertanya apakah kau juga memiliki rasa yang
hampir sama dengan apa yang aku rasakan? Hanya menduga itulah kemampuanku untuk
memupuk keyakinan bahwa kau juga mencintaiku, insyallah.
Dalam istikharah ku cari jawaban-Nya…
Satu ketika, kau mengirimiku sepucuk surat saat aku hendak meninggalkanmu, hanya
ragamu maksudku. Dalam surat
itu terangkai kata- kata cinta, subhanallah! Itu sangat indah hingga memaksaku
mencucurkan airmata yang tak bisa tertahan lagi. Disana kau tulis “aku bahagia
memilikimu wanitaku”. Hatiku terbang lalu seketika nyaliku menciut saat adzan
berkumandang, dosakah aku mencintaimu? Ridhokah allah akan rasaku dan rasamu
yang menjadi satu untuk memperjuangkan rasa demi memperbaiki kesalahan yang
telah lalu? Dalam istikharah ku cari jawaban-Mu ya allah yang Maha Pembolak
Balikan hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar