Jumat, 10 Januari 2014

mungkin



Mungkin semua orang tak berhati itu bosan mendengar isak tangisku yang tak bisa ku seka sendiri. Disudut mata ini airmata mutiara itu tak berhenti berlinang menggambarkan penyesalan yang tak kunjung mongering. Bisa saja ku melupakannya lalu membuka hatiku untuk hati lain yang mempunyai penawarnya karena hatiku kini teracuni oleh kesedihan. Bagaimana bisa aku semudah itu melupakannya sedangkan hatiku saat ini masih tertaut akan sosoknya yang bergelantungan diruang logikaku. Masih Pantaskah aku bergelar seorang wanita, jika aku mengumpulkan keberanian dan menyampingkan sejenak rasa maluku untuk mengatakan “aku mencintaimu, lebih dari aku mencintai diriku sendiri”. Begitupun malam ini, aku cukup terhibur bersama rasa kehilangan dan airmata yang sedari tadi membuat bahuku basah. Aku tak cukup kuat menerima kenyataan bahwa aku harus disia- siakan dengan cara seperti ini. Lalu dimana kata cinta yang dunia banggakan? Terlalu mudah untuk ditelan dengan janji kosong yang beriuk meneriakan kebenarannya namun tanpa makna. Jika ada jalan lain untuk bisa mengembalikan keadaan seperti sedia kala, aku akan lakukan sekalipun nyawaku harus terhapuskan dari kehidupan dunia ini agar hati dan ragaku mati dengan cinta disekelilingnya bukan terombang ambing berkelana mencari sebuah alasan mengapa kau membenciku?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar