Mungkin semua orang tak berhati itu bosan mendengar isak
tangisku yang tak bisa ku seka sendiri. Disudut mata ini airmata mutiara itu
tak berhenti berlinang menggambarkan penyesalan yang tak kunjung mongering.
Bisa saja ku melupakannya lalu membuka hatiku untuk hati lain yang mempunyai
penawarnya karena hatiku kini teracuni oleh kesedihan. Bagaimana bisa aku
semudah itu melupakannya sedangkan hatiku saat ini masih tertaut akan sosoknya
yang bergelantungan diruang logikaku. Masih Pantaskah aku bergelar seorang
wanita, jika aku mengumpulkan keberanian dan menyampingkan sejenak rasa maluku
untuk mengatakan “aku mencintaimu, lebih dari aku mencintai diriku sendiri”.
Begitupun malam ini, aku cukup terhibur bersama rasa kehilangan dan airmata
yang sedari tadi membuat bahuku basah. Aku tak cukup kuat menerima kenyataan
bahwa aku harus disia- siakan dengan cara seperti ini. Lalu dimana kata cinta
yang dunia banggakan? Terlalu mudah untuk ditelan dengan janji kosong yang
beriuk meneriakan kebenarannya namun tanpa makna. Jika ada jalan lain untuk
bisa mengembalikan keadaan seperti sedia kala, aku akan lakukan sekalipun
nyawaku harus terhapuskan dari kehidupan dunia ini agar hati dan ragaku mati
dengan cinta disekelilingnya bukan terombang ambing berkelana mencari sebuah
alasan mengapa kau membenciku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar