Izinkan Aku memilih

Kesabaran
ini melatihku untuk tetap kuat bahwa aku masih mempunyai tuhan yang selalu siap
menerima sujudku saat para muadzin itu mengingatkan dunia. Terkadang akku ingin
menyerah dan melepaskan rasaku agar aku tidak sesakit ini, namun aku masih
mengumpulkan kesabaran- kesabaran yang telah usang untuk mengingatkan
perjuanganku bertahan dua tahun belakangan ini, bukan aku bodoh! Aku hanya
mencoba ikuti kata hati.
Bilapun
semua cerita ini akan berakhir aku pasti akan merasa begitu kehilangan namun
mungkin akku tak akan menangis karena kurasa airmataku telah habis untuk
menangisinya. Aku ingin dia mengerti, jika wanita lain berada diposisiku
mungkin belum ada yang sekuat aku. Tuhan.. aku ingin kau membangunkanku dari
lamunan panjang ini, nafasku seperti berada dipangkal tenggorokanku sobat.
Ingin ku hembuskan tapi aku tak mau kehilangannya karena aku hanya mempunyai
satu kesempatan untuk menjaganya namun jika dengan berat hati aku harus
menahannya aku sudah tidak tahan lagi dengan rasa sakit yang kucoba tutupi
lewat seutas senyum palsu ini.
Menangis..
adalah hal yang paling sering kulakukan belakangan ini, kurasa sesuatu merubah
semuanya entah sikapnya yang berubah atau sikapku yang mulai kelelahan untuk
meyakinkanku sendiri bahwa diapun juga mencintaiku. Aku belum cukup puas untuk
menikmati rasa sakitnya walau terkadang hal ini membuat logikaku gatal untuk
menggaruknya agar luka dan rasa sakit hati yang sedari tadi menggelayutiku
segera luluh. lalu aku tak merasakannya lagi. Kau tau sobat? Rasa sakit yang
kurasakan seperti organ dalam tubuhmu tercabik! Sangat perih memang namun aku
masih mau berjuang sekalipun sepotong hati kecilku ini akan menemui tamu
terakhirnya, malaikat maut.
Lelah
lama aku bertahan demi sepenggal harapan yang dia buang begitu saja. Lalu apa
artinya semua yang aku lakukan untuk membuka hati kecilnya? Masih adakah
sedikit keraguan bahwa aku benar menyayanginya? Bahkan aku mengenalnya seperti
aku mengenal diriku sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar