Cappuccino, kamu dan malaikat kecilmu…
Kini aku, malaikat kecilmu bahagia
dengan simpony nan lembut berudara lalu masuk ke telinga para manusia yang
mengaku dirinya mempunyai cinta. Aku menemukanmu saat patah hatiku berujung.
Tuhan mengirimu bukan untuk tersiakan, bukan hanya sekedar menjadi hiasan hidup
namun hadirmu itu mempunyai arti. Kau penyembuh lukaku yang ku derita karena
cinta. Aku begitu memujamu, hingga aku tak berani beradu mata saat kau
didekatku. Mulutku seakan terkunci, meski hati bergelora sangat ingin bicara
tentang yang ada di dalamnya. Kau yang terindah, kini aku merindukanmu saat
jarak yang membentang memisahkan raga kita. Doaku tak pernah berhenti mengalir
begitupun cinta kita yang masih terbingkis rapi dalam perapian. Ada senyum yang
kau buat diwajahku kala kau berkata “aku sungguh bahagia memilikimu kekasihku”
hati ini seakan terguncang oleh kata- kata manismu, begitu kuat kau tarik
hatiku hingga aku tak mampu menampik hatimu yang tulus itu. Kau memang
menganggapku malaikat kecilmu, yang hadir selepas badai hujan seperti pelangi.
Yah… kau juga menganggapku seperti pelangi hadir selepas hatimu terluka
karenanya.
.
Cappuccino mengganti hadirmu…
Hati kita
mungkin terlalu dekat, tapi keadaan yang memaksaku untuk pindah jauh darimu.
Setiap hari bayangmu menyelundup masuk, bergantung dalam ruang- ruang ilusiku.
Aku terus memikirkanmu, bertanya- Tanya apa kau merasakan yang sama? Dan senja
ini hujan kembali mengundang bayangmu, kau dan aku pernah melewati saat-saat
yang basah seperti ini. Hanya Secangkir cappuccino hangat sebagai teman
kesendirianku meraba rindu. Minuman yang menjadi favoritmu mungkin mampu
mengusir sedikit kerinduan yang menumpuk dihatiku. Terangkai bait- bait puisi
selepas tangisku mengingatmu. Aku rindu….sangat rindu…
Sampai kapan cappuccino menggantimu??....
Dengan
kesabaran aku yakin akan menjadikan cinta kita dewasa. Biarkan ia tumbuh
bersama sang waktu tanpa kita meminta dan memaksa ia tumbuh seketika lalu
matipun seketika. Aku sadar, kota
roma nan romantis tak dapat dibangun hanya dengan satu malam, begitupun cinta
kita. Kau dan aku yakin cinta yang telah kita bangun ini adalah pelabuhan
terakhir. Tapi sampai kapan aku harus berperang melawan kerinduan? Mesti berapa
lama lagi cappuccino mengganti kehadiran sosokmu? Sampai cinta kita renta??
ataukah pupus dan terbang bersama angin? Namun kau kembali menyakinkanku… dan
berharap tuhan akan mempertemukan kita dalam mimpi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar