Jumat, 10 Januari 2014

Secangkir Cappuccino dan kamu






Cappuccino, kamu dan malaikat kecilmu…

Kini aku, malaikat kecilmu bahagia dengan simpony nan lembut berudara lalu masuk ke telinga para manusia yang mengaku dirinya mempunyai cinta. Aku menemukanmu saat patah hatiku berujung. Tuhan mengirimu bukan untuk tersiakan, bukan hanya sekedar menjadi hiasan hidup namun hadirmu itu mempunyai arti. Kau penyembuh lukaku yang ku derita karena cinta. Aku begitu memujamu, hingga aku tak berani beradu mata saat kau didekatku. Mulutku seakan terkunci, meski hati bergelora sangat ingin bicara tentang yang ada di dalamnya. Kau yang terindah, kini aku merindukanmu saat jarak yang membentang memisahkan raga kita. Doaku tak pernah berhenti mengalir begitupun cinta kita yang masih terbingkis rapi dalam perapian. Ada senyum yang kau buat diwajahku kala kau berkata “aku sungguh bahagia memilikimu kekasihku” hati ini seakan terguncang oleh kata- kata manismu, begitu kuat kau tarik hatiku hingga aku tak mampu menampik hatimu yang tulus itu. Kau memang menganggapku malaikat kecilmu, yang hadir selepas badai hujan seperti pelangi. Yah… kau juga menganggapku seperti pelangi hadir selepas hatimu terluka karenanya.
.
Cappuccino mengganti hadirmu…

            Hati kita mungkin terlalu dekat, tapi keadaan yang memaksaku untuk pindah jauh darimu. Setiap hari bayangmu menyelundup masuk, bergantung dalam ruang- ruang ilusiku. Aku terus memikirkanmu, bertanya- Tanya apa kau merasakan yang sama? Dan senja ini hujan kembali mengundang bayangmu, kau dan aku pernah melewati saat-saat yang basah seperti ini. Hanya Secangkir cappuccino hangat sebagai teman kesendirianku meraba rindu. Minuman yang menjadi favoritmu mungkin mampu mengusir sedikit kerinduan yang menumpuk dihatiku. Terangkai bait- bait puisi selepas tangisku mengingatmu. Aku rindu….sangat rindu…  

Sampai kapan cappuccino menggantimu??....

            Dengan kesabaran aku yakin akan menjadikan cinta kita dewasa. Biarkan ia tumbuh bersama sang waktu tanpa kita meminta dan memaksa ia tumbuh seketika lalu matipun seketika. Aku sadar, kota roma nan romantis tak dapat dibangun hanya dengan satu malam, begitupun cinta kita. Kau dan aku yakin cinta yang telah kita bangun ini adalah pelabuhan terakhir. Tapi sampai kapan aku harus berperang melawan kerinduan? Mesti berapa lama lagi cappuccino mengganti kehadiran sosokmu? Sampai cinta kita renta?? ataukah pupus dan terbang bersama angin? Namun kau kembali menyakinkanku… dan berharap tuhan akan mempertemukan kita dalam mimpi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar