Malam ini, entah tulisan keberapa yang berhasil kutulis
tentang dirimu. tak cukup biru atau bahkan merah merona. Tak sedikit orang yang
membenci, mercercaku tentang tarian jemariku dalam coretan kata. Lalu mereka
berusaha menahan cintaku, yah cinta ini untukmu…
Kau tau ketika raut wajahmu hampir tak ingin ku ingat lagi,
hidupku diselimuti tirai biru yang sendu. Aku tak ingat, kapan aku terakhir
merasakan jatuh cinta??
Perlahan bayangmu melintas. Menyiram hatiku yang sedang
terlelap dalam mimpi maya. Saat hatiku terbangun dan pertama kali membuka
matanya, kuhitung tanggal yang mati tanpa kusadari. Aku banyak menghabiskan
waktu suramku ketika namamu mulai memudar dengan sendirinya diterpa badai
kekecewaan. Rasa kecewa itu dan kau tau bagaimana rasanya? Seperti nafasmu
tertahan ditenggorokan dan tak bisa bersirkulasi diorgan dekat hatimu. Sesak
mengeruak menarik paksa air mataku untuk jatuh dengan gaya gravitasinya. Jiwaku Mungkin telah
kering, atau bahkan rohku salah arah. Aku tak menemukan diriku dalam raga ini.
Kucari jiwaku, masih saja kucari dalam lorong- lorong waktu yang membawaku
dihadapan memori usang dalam kaset yang bertuliskan nama indahmu “kekasihku”
Hujan pagi buta membasahi ingatanku, gemerciknya seolah
menandakan kau yang terkasih mengingatku. Dan ternyata memang benar, kau datang
laksana pelangi. mengawali dengan rasa sakit seperti tersambar halilintar dan
mengakhirinya dengan keindahan senyumu seperti pelangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar